Senin, 10 November 2014

Bantuan Korban Banjir masih Minim

Selain merendam rumah warga, banjir di tujuh kabupaten juga menenggelamkan 3.498 hektare persawahan. Masalah klasik di tengah bencana banjir kembali berulang di Aceh. Korban banjir di Desa Ujong Tanoh Darat, Kecamatan Mereubo, Aceh Barat, sampai kemarin, mengaku hanya memperoleh bantuan berupa 2 bungkus mi instan, 2 telur, 2 gelas air mineral, dan 1 bambu beras untuk setiap kepala keluarga.

“Bantuan hanya kami terima sekali saja dari kepala desa,“ kata Suryani, 48, warga. Padahal, banjir yang merendam rumahnya hingga setinggi 4 meter telah menghanyutkan sejumlah pakaian. Banjir juga merusak bangku dan meja yang ada di samping rumah, yang sering ia gunakan untuk berjualan gorengan.

Banjir di Aceh Barat terjadi sejak Selasa (4/11) setelah hujan deras menyebabkan sejumlah sungai meluap.Kemarin, banjir di sekitar rumah Suryani sudah mulai surut. Namun, di desa yang sama, sejumlah rumah warga masih digenangi banjir. Dua desa lain di kecamatan yang sama, yakni Desa Rantau Panjang dan Ranup Dhoe, masih digenangi air.

“Kami kesulitan untuk mendapatan air bersih. Warga tidak bisa mengonsumsi air sumur karena sudah tercemar air banjir,“ kata warga. Kemarin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyerahkan dana sebesar Rp1,4 miliar untuk tujuh kabupaten yang terkena banjir di Aceh. “Dana diharapkan bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan dasar korban banjir, terutama anak-anak, kaum ibu, dan penduduk lanjut usia. Dana bisa dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan sandang pangan, pengadaan air bersih, dan pelayanan kesehatan,“ ungkap Direktur Bantuan Darurat BNPB, Eko Budiman.

Lima hari pasca banjir, Gubernur Aceh Zaini Abdullah mulai meninjau korban banjir di Kecamatan Lhong, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil, Subulussalam, dan Aceh Tenggara. “ U n t u k tanggap darurat, pemerin tah Aceh mengalokasikan dana Rp2,1 miliar. Ada juga bantuan makanan, obatobatan, dan pakaian,“ kata Gubernur.

Ia menambahkan pemerintah Aceh juga telah mendirikan tiga posko untuk memantau banjir dan tanah longsor. Posko induk berada di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Aceh, posko kedua di kawasan kaki Gunung Geurutee, dan posko ketiga berada di Desa Layeun, Aceh Besar.

Selain merendam rumah warga, banjir di tujuh kabupaten juga menenggelamkan 3.498 hektare persawahan. “Lahan seluas 150 hektare mengalami puso karena terlalu lama direndam air,“ papar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Lukman Yusuf. (HP/MR/N-3) Media Indonesia, 7/11/2014, halaman 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar